Monday, November 30, 2009

Allah amat sayang pada hamba-hambaNya yang bertakwa


Oh hati,
ku dambakancinta Ilahi
tetapi kenapa cinta dan rinduku
bertamu pada seseorang yang bergelar ADAM
hatiku tersentuh dengan
sifat tanggungjawabnya
kesolehannya
kewarakannya.

Titipan ujian daripada-Nya dengan mengingatinya
menimbulkan keresahan
namun keikhlasan dan kesabaran memujukku.

Oh hati,
mengapa kau masih ragu-ragu
dalam mencapai cinta-Nya
teguhkan perisaimu dengan mengingati-Nya

bukankah ALLAH yang Maha Pengasih telah berjanji
dengan firman-Nya

at-toyyibat littoyibin, annur:26 Permpuan yang baik untuk lelaki yang baik, lelaki yang baik untuk perempuan yang baik.

berjihadlah habis-habisan,
menentang hawa nafsu kejahatan
dan godaan syaitan laknatullah
bartakwa dan bertawakalah
sungguh,

Allah amat sayang pada hamba-hambaNya yang bertakwa :]


'Dan orang-orang yang berjihad untuk[mencari keredaan] Kami,Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh Allah bserta orang-orang yang berbuat baik.' [al-Ankabut:69]

Thursday, November 26, 2009

Kerana manisnya pengorbanan

Kerana Manisnya Pengorbanan
www.iLuvislam.com
Pelukis & Skrip : Han Ri





*********************



***********************





***********************




*********************



*********************

Monday, November 23, 2009

the 39 clues







The 39 Clues is a series of adventure books that are published by Scholastic. The main part of the series is ten books revolving around the adventures of siblings Amy and Dan Cahill. They agree to the offer in their grandmother Grace's will and search for 39 clues scattered around the world. Rick Riordan wrote the first book and the main story arc, but other authors will write the rest of the books in the series. Six have been released and written (in order) by Rick Riordan, Gordon Korman, Peter Lerangis, Jude Watson,Patrick Carman, and Jude Watson (again). The others are being written by (in order) Peter Lerangis (again), Gordon Korman (again), Linda Sue Park, and Margaret Peterson Haddix.[1]

The series also combines online gaming and card collecting along with the reading into a unique, interactive experience. Six cards come with every book, and more are sold separately in Card Packs. There are also activities related to the 39 Clues online.

There are also prizes for children between the age of six and fourteen. It is possible to win prizes by buying the books and playing the online game.

The books are also designed to teach history. The main characters are fictional, but in this series, almost every famous person belongs to the Cahill family. Because of this, Amy and Dan have to learn about these people to search for the Clues.

http://www.the39clues.com/


How do I find the Clues?

BOOKS: Each book contains one Clue. When you are done reading, go to the front of the book and take out your game cards. Type in the code found on each game card in your account on www.the39clues.com and your first Clue will appear.

CARDS: Game cards hold secrets you need to find the 39 Clues. Enter the unique code from your cards in your account on www.the39clues.com and they will be added to your online card collection. Hint: Some cards ARE Clues!

MISSIONS: Play online missions to receive top secret messages, crack codes, and reveal more Clues! Missions 0, 1, 2, 3, 4 and 5 are active and ready for you to test your skills.

Need practice? Play mini-games in Arena 39 to sharpen your Clue-hunting skills. Earn points that may lead to prizes*.

Go to www.the39clues.com to create an account, manage your card collection, complete missions, and be eligible to win prizes*!



Sunday, November 22, 2009

Ketika Cinta Bertasbih


Abdullah Khairul Azzam – 28 tahun- pemuda tampan dan cerdas dari sebuah desa di Jawa Tengah. Dari kecil, Azzam sudah terlihat sebagai anak yang sangat baik budi pekertinya. Atas usahanya yang gigih dia berhasil memperoleh bea siswa untuk belajar di Al Azhar Mesir selepas menamatkan Aliyah di desanya.


Baru setahun di Kairo dan menjadi mahasiswa berprestasi peraih predikat Jayyid Jiddan (Lulus dengan Sempurna), ayahnya meninggal dunia. Sebagai anak tertua Azzam mau tidak mau harus bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya, dikarenakan adiknya masih kecil-kecil. Sementara itu, dia sendiri harus menyelesaikan studinya di Negara orang. Akhirnya dia mulai membagi waktu untuk belajar dan mencari nafkah. Ia mulai membuat tempe dan bakso yang ia pasarkan di lingkungan KBRI dia Kairo. Berkat keahlian dan keuletannya dalam memasak, Azzam menjadi populer dan dekat dengan kalangan staf KBRI di Cairo. Tapi hal itu berimbas pada kuliah Azzam, sudah 9 tahun berlalu, ia belum juga menyelesaikan kuliahnya.

Seringnya Azzam mendapatkan job di KBRI Cairo mempertemukan ia dengan Puteri Duta Besar, Eliana Pramesthi Alam. Eliana adalah lulusan EHESS Perancis yang melanjutkan S-2 nya di American University in Cairo. Selain cerdas, Eliana juga terkenal di kalangan mahasiswa karena kecantikannya. Ia bahkan pernah diminta main di salah satu film produksi Hollywood, juga untuk Film layar lebar dan Sinetron di Jakarta. Segudang prestasi dan juga kecantikan Eliana membuat Azzam menaruh hati pada Eliana. Tetapi Azzam urung menjalin hubungan lebih dekat dengan Eliana, karena selain sifat dan kehidupannya yang sedikit bertolak belakang dengan Azzam, juga karena nasihat dari Pak Ali, supir KBRI yang sangat dekat dengan keluarga Eliana.

Apa yang dikatakan Pak Ali cukup terngiang-ngiang di benaknya, bahwa ada seorang gadis yang lebih cocok untuk Azzam. Azzam disarankan untuk buru-buru mengkhitbah (melamar) seorang mahasiswa cantik yang tak kalah cerdasnya dengan Eliana. Dia bernama Anna Althafunnisa, S-1 dari Kuliyyatul Banaat di Alexandria dan sedang mengambil S-2 di Kuliyyatul Banaat Al Azhar – Cairo, yang juga menguasai bahasa Inggris, Arab dan Mandarin. menurut Pak Ali, kelebihan Anna dari Eliana adalah bahwa Anna memakai jilbab dan sholehah, bapaknya seorang Kiai Pesantren bernama Kiai Luthfi Hakim.

Ada keinginan Khaerul Azzam untuk menghkhitbah Anna walaupun ia belum pernah bertemu atau melihat Anna. Karena tidak punya biaya untuk pulang ke Indonesia, Pak Ali menyarankan supaya melamar lewat pamannya yang ada di Cairo, yaitu Ustadz Mujab, dimana Azzam sudah sangat mengenal ustadz itu. Dengan niat penuh dia pun datang ke ustadz Mujab untuk mengkhitbah Anna Althafunnisa. Tapi ternyata lamaran itu ditolak atas dasar status. Karena S-1 Azzam yang tidak juga selesai, dan lebih dikenal karena jualan tempe dan baso. Selain itu, Anna telah dikhitbah lebih dulu oleh seorang pria yang alih-alih adalah Furqon, sahabat Azzam yang juga mahasiswa dari keluarga kaya yang juga cerdas dimana dalam waktu dekat akan menyelesaikan S-2 nya. Azzam bisa menerima alasan itu, meskipun hatinya cukup perih.
Tetapi kemudian Furqon mendapat musibah yang sangat menghancurkan harapan-harapan hidupnya. Hal tersebut membuatnya menghadapi dilemma antara ia harus tetap menikahi Anna yang telah dikhitbahnya, tetapi itu juga sekaligus akan dapat menghancurkan hidup Anna.

Sementara itu Ayyatul Husna, adik Azzam yang sering mengirim berita dari kampung, membawa kabar yang cukup meringankan hati Azzam. Agar Azzam tidak perlu lagi mengirim uang ke kampung dan lebih berkonsentrasi menyelesaikan kuliahnya. Karena selain Husna telah lulus kuliah di UNS, ia juga sudah bekerja sebagai Psikolog. Keahlian Husna dalam menulis sudah membuahkan hasil. Penghasilan Husna cukup dapat membiayai kebutuhan adiknya yang mengambil program D-3, serta adik bontotnya yang bernama Sarah yang masih mondok di Pesantren.

Azzam yang sudah sangat rindu dengan keluarganya memutuskan untuk serius dalam belajar, hingga akhirnya berhasil lulus. Azzam pun menepati janjinya ke keluarganya untuk kembali ke kampong dan segera mencari jodoh di sana, memenuhi amanat ibunya. Walaupun sebenarnya masih terbersit sedikit harapan untuk tetap mendapatkan hati Anna.

Apakah mungkin Azzam akan berjodoh dengan Anna? Ataukah Eliana yang sebenarnya juga masih penasaran dengan Azzam? Ataukah Azzam berhasil menemukan tambatan hatinya di Indonesia?..




http://www.youtube.com/watch?v=GKB09O8Pv_Q

Buat Si Gadis Yang Meningkat Remaja


Buat Si Gadis Yang Meningkat Remaja

www.iLuvislam.com

by: ratu_imtihan



Saya ingin bercerita mengenai kisah adik saya, Nur Annisa,seorang gadis yang baru menginjak dewasa tetapi agak kasar dan suka berkelakuan seperti lelaki. Ketika usianya mencecah 17 tahun perkembangan tingkah lakunya benar-benar membimbangkan ibu. Dia sering membawa teman-teman lelakinya pulang ke rumah. Situasi ini menyebabkan ibu tidak senang tambahan pula ibu merupakan guru al-Quran.


Bagi mengelakkan pergaulan yang terlalu bebas,ibu telah meminta adik memakai tudung. Permintaan ibu itu ditolaknya sehingga seringkali berlaku pertengkaran-pertengkaran kecil antara mereka. Pernah pada suatu masa, adik berkata dengan suara yang agak keras,"cuba mama tengok, jiran-jiran kita pun ada yang anaknya pakai tudung, tapi perangainya sama je macam orang yang tak pakai tudung. Sampai kawan-kawan annisa kat sekolah, yang pakai tudung pun selalu keluar dating dengan boyfriend diorang, pegang-pegang tangan. Ani ni, walaupun tak pakai tudung, tak pernah buat macam tu!"


Ibu hanya mampu mengeluh mendengar kata-kata adik. Kadang kala saya terlihat ibu menangis di akhir malam.Dalam Qiamullailnya.Terdengar lirik doanya " Ya Allah, kenalkan annisa dengan hukumMu".


Pada satu hari ada jiran yang baru pindah berhampiran rumah kami.Sebuah keluarga yang mempunyai enam orang anak yang masih kecil.Suaminya bernama Abu khoiri, (nama sebenarnya siapa, tak dapat dipastikan). Saya mengenalinya sewaktu di masjid. Setelah beberapa lama mereka tinggal berhampiran rumah kami, timbul desas-desus mengenai isteri Abu Khoiri yang tidak pernah keluar rumah, hingga ada yang menggelarnya si buta, bisu dan tuli. Perkara ini telah sampai ke pengetahuan adik. Dia bertanya kepada saya, "abang, betul ke orang yang baru pindah itu, isterinya buta,bisu dan tuli?" Lalu saya menjawab sambil lewa, "kalau nak tau sangat, pergi rumah mereka, tanya sendiri".


Rupa-rupanya adik mengambil serius kata-kata saya dan benar-benar pergi ke rumah Abu Khoiri. Sekembalinya dari rumah mereka, saya melihat perubahan yang benar-benar mendadak berlaku pada wajah adik. Wajahnya yang tak pernah muram atau lesu menjadi pucat lesi. Entah apa yang dah berlaku? Namun, selang dua hari kemudian, dia minta ibu buatkan tudung.Tudung yang labuh. Adik pakai baju labuh. Lengan panjang pula tu. Saya sendiri jadi bingung. Bingung campur syukur kepada Allah SWT kerana saya melihat perubahan yang ajaib.


Ya, saya katakan ajaib kerana dia berubah seratus peratus! Tiada lagi anak-anak muda atau teman-teman wanitanya yang datang ke rumah hanya untuk bercakap perkara-perkara yang tidak tentu arah. Saya lihat, dia banyak merenung, banyak baca majalah Islam (biasanya dia suka beli majalah hiburan), dan saya lihat ibadahnya pun melebihi saya sendiri. Tak ketinggalan tahajudnya, baca Qur'annya, solat sunatnya dan yang lebih menakjubkan lagi, bila kawan-kawan saya datang, dia menundukkan pandangan. Segala puji bagi Engkau wahai Allah, jerit hati saya.


Tidak lama kemudian, saya mendapat panggilan untuk bekerja di kalimantan, kerja di satu perusahaan minyak CALTEX. Dua bulan saya bekerja di sana, saya mendapat khabar bahawa adik sakit tenat hingga ibu memanggil saya pulang ke rumah (rumah saya di Madiun). Dalam perjalanan, saya tak henti-henti berdoa kepada Allah SWT agar adik di beri kesembuhan, hanya itu yang mampu saya usahakan. Ketika saya sampai di rumah..didepan pintu sudah ramai orang. Hati berdebar-debar, tak dapat ditahan. Saya berlari masuk ke dalam rumah. Saya lihat ibu menangis. Saya segera menghampiri ibu lantas memeluknya. Dalam esak tangisnya ibu memberitahu, "Dhi, adik boleh mengucapkan kalimat Syahadah diakhir hidupnya". Air mata ini tak dapat ditahan lagi!!


Setelah selesai upacara pengkebumian dan lain-lainnya, saya masuk ke bilik adik. Saya lihat di atas mejanya terletak sebuah diari.Diari yang selalu adik tulis. Diari tempat adik menghabiskan waktunya sebelum tidur semasa hayatnya. Kemudian diari itu saya buka sehelai demi sehelai. Hingga sampai pada satu halaman yang menguak misteri dan pertanyaan yang selalu timbul di hati ini - Perubahan yang terjadi ketika adik baru pulang dari rumah Abu khoiri. Di situ tertera soaljawab antara adik dan isteri jiran kami itu.


Butirannya seperti ini: Soaljawab (saya lihat di lembaran itu terdapat banyak bekas airmata)



Annisa: (Aku hairan,wajah wanita ini cerah dan bersinar seperti bidadari) Mak cik, wajah mak cik sangat muda dan cantik!


Isteri jiranku : Alhamdulillah. Sesungguhnya kecantikan itu datang dari lubuk hati.


Annisa : tapi mak cik kan dah ada anak enam. Tapi masih kelihatan cantik.


Isteri jiranku : Subhanallah! Sesungguhnya keindahan itu milik Allah SWT. Dan bila Allah SWT berkehendak. Siapakah yang boleh menolaknya?


Annisa : Mak Cik, selama ini ibu saya selalu menyuruh saya memakai tudung, tapi saya selalu menolak kerana saya rasa tak ada masalah kalau saya tak pakai tudung asalkan saya berkelakuan baik. Saya tengok, banyak wanita yang pakai tudung tapi kelakuannya melebihi kami yang tak pakai. Sampaikan saya tak pernah rasa nak pakai tudung. Pendapat mak cik bagaimana?


Isteri jiranku : Annisa, sesungguhnya Allah SWT menjadikan seluruh tubuh wanita ini perhiasan dari hujung rambut hingga hujung kaki, segala sesuatu dari tubuh kita yang terlihat oleh bukan mahram kita semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT nanti, tudung adalah perlindungan untuk wanita!


Annisa : Tapi yang saya tengok, banyak wanita bertudung yang kelakuannya tak elok.


Isteri jiranku : Tudung hanyalah kain , tapi hakikat atau makna disebalik tudung itu sendiri yang harus kita fahami.


Annisa : apakah hakikat tudung?


Isteri jiranku : Hakikat tudung adalah perlindungan zahir batin, lindungi mata kamu dari memandang lelaki yang bukan mahram kamu, lindungi lidah kamu dari mengumpat orang dan bercakap perkara yang sia-sia. Sentiasalah lazimi lidah dengan zikir kepada Allah SWT, lindungi telinga kamu dari mendengar perkara yang mengundang mudharat baik untuk dirimu mahupun masyarakat , lindungi hidungmu dari mencium segala yang berbau busuk, lindungi tangan-tangan kamu dari berbuat sesuatu yang tidak senonoh, lindungi kaki kamu dari melangkah menuju maksiat, lindungi fikiran kamu dari berfikir perkara yang mengundang syaitan untuk memperdayai nafsu kamu, lindungi hati kamu dari sesuatu selain Allah SWT, bila kamu sudah biasa, maka tudung yang kamu pakai akan menyinari hati kamu. Itulah hakikat tudung.


Annisa : Mak cik, sekarang saya sudah jelas tentang erti tudung. Mudah mudahan saya mampu pakai tudung. Tapi, macam mana saya nak buat semua tu?


Isteri jiranku : Duhai nisa, bila kamu memakai tudung, itulah kurniaan dan rahmat yang datang dari Allah SWT yang Maha Pemberi Rahmat , bila kamu mensyukuri rahmat itu, kamu akan diberi kekuatan untuk melaksanakan amalan-amalan 'tudung' hingga mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allah SWT.


Duhai nisa, ingatlah akan satu hari di mana seluruh manusia akan dibangkitkan ketika ditiup sangkakala yang kedua. Pada saat roh-roh manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas, yang tanahnya dari logam yang panas, tiada rumput mahupun tumbuhan, ketika tujuh matahari didekatkan di atas kepala kita namun keadaan gelap gelita, ketika seluruh manusia ketakutan, ketika ibu tidak mempedulikan anaknya, anak tidak mempedulikan ibunya, sanak-saudara tidak kenal satu sama lain lagi, antara satu sama lain boleh menjadi musuh lantaran satu kebaikan lebih berharga dari segala sesuatu yang ada di alam ini, ketika manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing masing hanya mempedulikan nasib dirinya, dan pada saat itu ada yang berpeluh kerana rasa takut yang luar biasa hingga tenggelam dirinya akibat peluh yang banyak, dan bermacam macam rupa-rupa bentuk manusia yang tergantung amalannya , ada yang melihat ketika hidupnya namun buta ketika dibangkitkan, ada yang berbentuk seperti haiwan,ada yang berbentuk seperti syaitan, semuanya menangis.


Menangis kerana hari itu Allah SWT murka! Belum pernah Allah SWT murka sebelum dan sesudah hari itu. Hingga ribuan tahun manusia dibiarkan Allah SWT dipadang mahsyar yang panas membara hinggalah sampai ke Timbangan Mizan. Hari itulah dipanggil hari Hisab. Duhai Annisa, bila kita tidak berusaha untuk beramal pada hari ini, entah dengan apa nanti kita akan menjawab bila kita di tanya oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar , Yang Maha Kuat , Yang Maha Agung, Allah SWT.




Sampai di sini sahaja kisah itu saya baca kerana di sini tulisannya terhenti dan saya lihat banyak titisan airmata yang jatuh dari pelupuk matanya. Subhanallah! Saya selak halaman berikutnya dan saya lihat tertera tulisan kecil dibawah tulisan itu


"buta ,tuli dan bisu.. wanita yang tidak pernah melihat lelaki selain mahramnya , wanita yang tidak pernah mahu mendengar perkara yang dapat mengundang murka Allah SWT , wanita tidak pernah berbicara ghibah dan segala sesuatu yang mengundang dosa dan sia sia"

Tak tahan airmata ini pun jatuh. Semoga Allah SWT menerima adikku disisinya. Amin.

Subhanallah! Saya harap cerita ini boleh menjadi iktibar bagi kita semua. Wassalam.

-Wallahu A'lam-

Tentang Cinta


TAJUK : TENTANG CINTA
SIRI : ISU REMAJA KONTEMPORARI

PENULIS : PAHROL MOHD JUOI
PENERBIT : TELAGA BIRU SDN. BHD.

ISBN : 983-3494-05-6

HARGA : RM 25.90 (Sem. Malaysia RM 27.90 (Sabah / Sarawak) M/SURAT 174


:: KANDUNGAN

Prakata
1. Titanic yang tenggelam
2. Salahkah Bercinta?
3. Cinta Berperaturan
4. Nak Ber’couple’ Silakan Tapi…
5. Cinta vs CINTA
6. Cinta Tanpa Perantara
7. Hubaya-hubaya Cinta ‘Pra Baligh’
8. Sirna Cita-cita Dek Kelam Cinta
9. Cinta, Tudung dan…
10. Cari Yang Cantik
11. Siapa Soleh Dapat Solehah
12. Cepat Kahwin
13. Perigi Cari Timba Pun OK
14. Cinta Indah Selepas Nikah
15. Cinta Mesti Ada ‘Class’
16. Ubat Frust Cinta
17. Cintailah Cinta
18. Putus Cinta Kerana Cinta

:: KOMENTAR

“Persoalan cinta adalah satu subjek yang sukar untuk diungkai dan dibincangkan. Ianya sungguh Kompleks dan halus. Namun buku ini telah berjaya mengungkap erti dan kemelut cinta dengan begitu komprehensif, dalam keadaan segar dan santai. Sungguh menarik. Dengan gaya bahasa yang bersahaja, anda masih tetap dapat menerokai pahit dan manis, duri dan madu dalam percintaan. Dan yang paling penting, ia memberikan anda suluhan dan panduan, samada anda sedang mencari cinta atau lari dari cinta. ’’
Amaran saya : “ AWAS ! Anda mungkin akan jatuh cinta dengan buku ini! Selamat membaca dan menerokai alam cinta…..’’
-Ahmad Fadzli Yusof, Penulis buku, motivator, pengacara TV, remaja berkaliber.

“Sesuai dibaca oleh remaja yang masih tercari-cari atau telah menemui erti cinta sejati. Bagi yang mencari….buku ini ada panduannya. Bagi yang telah menemui, buku ini ada cara menjaganya! ’’
- Asri Ibrahim, vokalis kumpulan RABBANI

Saturday, November 21, 2009

Hati Mukmin Pasti Menangis




Hati Mukmin Pasti Menangis
www.iluvislam.com
dihantar oleh: ArWa
Editor: deynarashid



Suatu petang, di Tahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jeneral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan. Setiap banduan penjara membongkokkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu melintasi di hadapan mereka. Kerana kalau tidak, sepatu 'boot keras' milik tuan Roberto yang fanatik Kristian itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.

"Hai... hentikan suara jelekmu! Hentikan... !" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sambil membelalakkan mata.

Namun apa yang terjadi? Laki-laki dikamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang. Dengan marah ia menyemburkan ludahnya ke wajah tua sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyucuh wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala. Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan.

Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat galak untuk meneriakkan kata Rabbi, wa ana 'abduka... Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, "Bersabarlah wahai ustaz... InsyaALlah tempatmu di Syurga."

Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustaz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak marahnya. Ia memerintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-kerasnya sehingga terjerembab di lantai.

"Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa hinamu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapa kami, Tuhan Jesus. Anda telah membuat aku benci dan geram dengan 'suara-suara' yang seharusnya tidak didengari lagi di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mahu minta maaf dan masuk agama kami."

Mendengar "khutbah" itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan yang tajam dan dingin. Ia lalu berucap, "Sungguh... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemahuanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh."

Sejurus sahaja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah berlumuran darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto berusaha memungutnya. Namun tangan sang Ustaz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.

"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!" bentak Roberto.

"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!" ucap sang ustaz dengan tatapan menghina pada Roberto.

Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu lars seberat dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustaz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur. Setelah tangan tua itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya baran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.

"Ah... seperti aku pernah mengenal buku ini. Tetapi bila? Ya, aku pernah mengenal buku ini."

Suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.

Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustaz yang sedang melepaskan nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.

Pemuda itu teringat ketika suatu petang di masa kanak-kanaknya terjadi kekecohan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Petang itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa gugur di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka gelantungan tertiup angin petang yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.

Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mahu memasuki agama yang dibawa oleh para rahib. Seorang kanak- kanak laki-laki comel dan tampan, berumur sekitar tujuh tahun, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Kanak kanak comel itu melimpahkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan kanak - kanak itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sambil menggayuti abinya.

Sang anak itu berkata dengan suara parau, "Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa... .? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi... "

Budak kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu apa yang harus dibuat . Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya budak itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi... Abi... Abi... " Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapa ketika teringat petang kelmarin bapanya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

"Hai... siapa kamu?!" jerit segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati budak tersebut. "Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi... " jawabnya memohon belas kasih.

"Hah... siapa namamu budak, cuba ulangi!" bentak salah seorang dari mereka. "Saya Ahmad Izzah... " dia kembali menjawab dengan agak kasar. Tiba-tiba, Plak! sebuah tamparan mendarat di pipi si kecil.

"Hai budak... ! Wajahmu cantik tapi namamu hodoh. Aku benci namamu. Sekarang kutukar namamu dengan nama yang lebih baik. Namamu sekarang 'Adolf Roberto'... Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang buruk itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.

Budak itu mengigil ketakutan, sembari tetap menitiskan air mata. Dia hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya budak tampan itu hidup bersama mereka. Roberto sedar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustaz. Ia mencari-cari sesuatu di pusat laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeria, "Abi... Abi... Abi... "

Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusat. Pemuda bengis itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas tingkah-lakunya selama ini.

Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun lupa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi... aku masih ingat alif, ba, ta, tha... " Hanya sebatas kata itu yang masih terakam dalam benaknya. Sang ustaz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyeksanya habis-habisan kini sedang memeluknya.


"Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi, tunjukkan aku pada jalan itu... " Terdengar suara Roberto meminta belas. Sang ustaz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika setelah puluhan tahun, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, di tempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.



Sang Abi dengan susah payah masih boleh berucap. "Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu,"

Setelah selesai berpesan sang ustaz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah
"Asyahadu anla IllaahailALlah, wa asyahadu anna Muhammad Rasullullah... '.

Beliau pergi dengan menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini. Kini Ahmah Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru berguru dengannya...

Related Posts with Thumbnails